Revolusi Industri 4.0 dan Arah Baru
Pergerakan Mahasiswa
Saat ini dunia memasuki era baru
yang disebut dengan era revolusi industri 4.0. Istilah industri 4.0 lahir dari
ide revolusi industri ke empat. European Parliamentary Research Service dalam
Davies (2015) menyampaikan bahwa revolusi industri terjadi empat kali.
Revolusi industri pertama terjadi di
Inggris pada tahun 1784 di mana penemuan mesin uap dan mekanisasi mulai
menggantikan pekerjaan manusia. Revolusi yang kedua terjadi pada akhir abad
ke-19 di mana mesin-mesin produksi yang ditenagai oleh listrik digunakan untuk
kegiatan produksi secara masal.
Penggunaan teknologi komputer untuk
otomasi manufaktur mulai tahun 1970 menjadi tanda revolusi industri ketiga.
Saat ini, perkembangan yang pesat dari teknologi sensor, interkoneksi, dan
analisis data memunculkan gagasan untuk mengintegrasikan seluruh teknologi
tersebut ke dalam berbagai bidang industri. Gagasan inilah yang diprediksi akan
menjadi revolusi industri yang ke empat, yakninya revolusi industri 4.0.
Revolusi industri 4.0 sebenarnya
juga sudah mulai berjalan di Indonesia. Terbukti dengan hadirnya beberapa
startup baru seperti Traveloka, Go-Jek, Grab dan lain-lain yang telah
memudahkan masyarakat, karena bisa memesan transportasi ataupun berbelanja
hanya dalam satu genggaman smartphone.
Arah
Baru Pergerakan Mahasiswa
Barangkali kita semua sepakat bahwa
gerakan mahasiswa hari ini masih terlalu identik dengan aksi turun ke jalan,
dan dianggap masih terjebak dengan romantisme era 1998 sehingga dianggap kurang
terasa dampak nyatanya di masyarakat. Sekalipun ada mengenai gerakan kreatif di
sosial media, hal itu dirasa masih kurang dirasa kehadirannya, terlalu monoton,
kurang kreatif dalam pengemasan aksi digital, dan juga dianggap sebagai
“pemanis” belaka.
Revolusi industri generasi keempat
merupakan tantangan besar untuk mahasiswa saat ini. Tantangan besar ini bisa
menjadi potensi besar untuk membangun gerakan mahasiswa. Akan tetapi, juga
dapat menjadi ancaman untuk gerakan mahasiswa. Itu semua tergantung bagaimana
kita melihat, mengolah dan menghadapinya.
Apabila mahasiswa zaman ini gagal
beradaptasi dan membangun strategi, maka revolusi industri generasi keempat ini
dapat menjadi suatu ancaman yang nyata dan membuat gerakan mahasiswa hari ini
ditinggalkan karena dianggap tidak relevan.
Seperti yang penulis uraikan diatas
bahwa pergerakan mahasiswa saat ini masih monoton mengandalkan aksi turun
kejalan/demonstrasi. Sedangkan zaman semakin hari semakin berubah dan terus
maju. Lantas timbul pertanyaan, apakah gerakan mahasiswa saat ini masih relevan
dan mampu beradaptasi menghadapi revolusi industri generasi keempat?
Dan bagaimanakah seharusnya
mahasiswa mengemas pergerakannnya sehingga bisa bertahan dan mampu menghadapi
fenomena revolusi industri 4.0? Maka melalui tulisan ini
penulis akan mencoba menjawab terhadap kedua pertanyaan diatas.
Terkait pertanyaan pertama, menurut
hemat penulis bahwa pergerakan mahasiswa saat ini berupa aksi-aksi heroik turun
kejalan/demonstrasi masih relevan untuk diterapkan pada zaman sekarang dan
harus kita tingkatkan. Dengan aksi demonstrasi memberikan jalan bagi kita untuk
menggiring opini ditengah-tengah masyarakat dan sekaligus memberikan
sosialisasi dan pencerdasan politik dan hukum kepada masyarakat luas.
Aksi turun kejalan tidak bisa kita
remehkan dan dikesampingkan begitu saja. Karena melalui aksi turun kejalan
memberikan isyarat kepada penguasa yang zalim bahwa kebenaran itu masih ada dan
kebenaran itu harus ditegakan. Karena mahasiswa merupakan bagian dari
masyarakat. Maka dari itu, mahasiswa bertugas untuk membela kepentingan
masyarakat terhadap kesewenangan yang dilakukan oleh penguasa.
Mahasiswa berperan sebagai
penyambung lidah masyarakat. Sebab jika bukan mahasiswa yang menjadi tempat
penyalur aspirasi masyarakat lalu siapa lagi? Maka dari itu, aksi-aksi turun
kejalan dari mahasiswa mesti harus terus ditingkatkan kuantitas dan
kualitasnya. Tentunya aksi yang bermartabat dan sesuai dengan aturan
perundang-undangan.
Membuat arah baru pergerakan adalah
pilihan yang harus dilakukan mahasiswa agar tidak tersingkir dari perkembangan
zaman. Malahan dengan adanya revolusi industri 4.0 ini sebenarnya memberikan
begitu kemudahan bagi mahasiswa dalam menentukan arah baru pergerakan
mahasiswa. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi dan informasi ini nantiya
membuat pergerkan mahasiswa lebih tertata, lebih menarik dan kreatif.
Hal-hal yang bisa dilakukan oleh
mahasiswa untuk mengemas pergerakannya agar lebih menarik adalah dengan
mengemas pergerakan tersebut dengan berbasis teknologi. Ada beberapa aspek yang
bisa diinovasikan oleh mahasiswa dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan
informasi yang berlangsung saat ini. Pertama, dalam aspek perencanaan
mahasiswa akan lebih mudah mendapatkan informasi-informasi atau berita-berita
terbaru terhadap perkembangan situasi bangsa terkini.
Era kemajuan teknologi dan informasi
tersebut sangat memberi kemudahan bagi siapa pun termasuk mahasiswa dalam
mendapatkan dan mengakses segala bentuk informasi. Maka dengan kemudahan
memperoleh informasi tersebut memungkinkan mahasiswa untuk memperisapkan
aksi-aksi dengan lebih terencana dan lebih tertata rapi. Dengan kemudahan akses
informasi tersebut itu pula mahasiswa dapat menyaring segala informasi yang ada
agar tidak terjebak kedalam informasi yang palsu/hoax.
Kedua, era revolusi industri 4.0 ini memberikan kemudahan bagi
mahasiswa dalam menyusun strategi penyebarluasan isu-isu sentral kepada
masyarakat. Dengan kemajuan teknologi dan informasi membuat mahasiswa lebih
mudah bergerak dan lebih cepat dalam mempropogandakan isu-isu ataupun
permasalahan-permasalahan rakyat yang ingin disuarakan kepada pemerintah.
Sehingga dengan begitu isu-isu yang ingin diangkatkan atau ingin disuarakan
kepada pemerintah dapat lebih mudah disampaikan kepada masyarakat luas.
Kemudahan dalam menggalang massa
untuk terjun aksi adalah keuntungan ketiga bagi pergerakan mahasiswa. Di era
yang berbasis kemajuan teknologi dan informasi berbasis internet ini membuat
lebih mudah dalam menggalang massa. Hal itu dapat dilakukan dengan
mempropogandakannya melalui media social yang ada seperti: Facebook. Twitter,
Instagram, WhatsApp, dan lain-lain.
Maka dalam melakukan aksi tidak
perlu susah-susah dan menghabiskan banyak tenaga. Cukup dengan memberikan
broadcast atau pesan seruan ajakan aksi ke semua akun media social. Selain itu
juga cangkupannya bisa jauh lebih luas. Maka, dalam menggalang massa aksi akan
lebih mudah diperoleh. Selain itu juga hasil yang dicita-citakan dalam aksi
tersebut akan lebih mudah dicapai jika peserta aksinya banyak.
Melalui ketiga poin diatas, gerakan
mahasiswa akan lebih mampu untuk memberikan peran dan kontribusi nyata untuk
masyarakat sesuai dengan kebutuhan zamannya. Akan tetapi, itu semua tidak akan
pernah terwujud apabila hal yang paling fundamental dari gerakan mahasiswa
tidak dibenahi, yakni masalah eksklusivisme dan gerakan mahasiswa yang tidak
solid dan mudah dipecah belah.
Oleh sebab itu, dengan bersatu maka
kita dapat memanfaatkan semua peluang tersebut sehingga gerakan mahasiswa masih
relevan sesuai dengan perkembangan zaman dan dapat memberikan manfaat yang
nyata untuk masyarakat.
(Dimuat
di www.Geotimes.com , Kamis, 13 September 2018)
Komentar
Posting Komentar