Mengapa berada di jalan da’wah?. Tentu pertanyaan
ini sering muncul dipikiran kita bahkan pun bagi orang yang sudah sekian lama
berada di jalan ini. Pertanyaan seperti
ini sangat penting untuk kita jawab dan mencari tau apa jawaban sebenarnya,
terutama bagi kita yang mungkin saat ini sedang
lagi semangat-semangatnya berada dijalan dakwah ini atau pun bagi kita yang
saat ini mungkin baru mau akan masuk dan bergabung dijalan ini. Ketidak tahuan
akan tujuan dan alasan berada dijalan ini akan membuat kita akan kehilangan
arah suatu saat nanti dan akan
kehilangan semangat di tengah-tengah jalan nanti dikarenakan bertubi-tubinya
cobaan dan rintangan yang mungkin nanti akan menghadang kita sehingga dengan
semua itu membuat kita menjadi futuur atau lemah dan perlahan-lahan
kita yang awal-awalnta sangat semangat, namun pada akhirnya menjadi orang-orang
yang berguguran di jalan da’wah.
Namun
sebelum kita mengetahui jawaban dari mengapa kita berada dijalan dakwah?. Maka
sebaiknya kita ketahui dahulu jawaban dari mengapa kita harus berdakwah?.
Karena pertanyaan antara mengapa berada dijalan dakwah dengan mengapa kita harus
berdakwah barangkali mempunyai perbedaan walaupun keliatannya sama. Dan antara
dua pertanyaan tersebut saling keterkaitan sehingga tidak dapat dipisahkan.
Mengapa kita harus berdakwah?. Dakwah itu apa sih sebenarnya? Pertanyaan
seperti ini mungkin pernah terlintas dibenak kita. Kata dakwah menurut bahasa
berasal dari bahasa Arab yakni da’a-
yad’u-da’watun. Kata dakwah tersebut merupakan ism masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam
diartikan sebagai “ajakan kepada islam”. Kata da’a dalam Al-quran, terulang sebanyak 5 kali, sedangakan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan kata dakwah terulang sebanyak 4 kali. Kata da’a pertama kali dipakai dalm Al-quran dengan arti mengadu
(meminta pertolongan kepada Allah) yang pelakunya adalah Nabi Nuh As. Lalu kata
ini berarti memohon pertolongan kepada Tuhan yang pelakunya adalah manusia
(dalam arti umum). Setelah iitu, kata da’a berarti menyeru kepada Allah swt yang
pelakunya adalah kaum muslimin.
Kemudian kata yad’u, pertama
kali dipakai dalam Al-quran dengan arti mengajak ke neraka yang pelakunya
adalah syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke syurga yang pelakunya
adalah Allah swt, bahkan dalam ayat lain
ditemukan bahwa kata yad’u dipakai
bersama untuk mengajak ke neraka yang pelakunya adalah orang-orang musyrikin.
Sedangkan kata dakwah atau da’watun
sendiri, pertama kali digunakan dalam Al-quran dengan arti seruan yang
dilakukan oleh para rasul Allah swt. Namun kemudian kata itu berarti panggilan
yang juga disertai bentuk fi’il
(da’wakum) dan kali ini panggilan akan terwujud karena Tuhan yang
memanggil. Lalu kata itu berarti permohonan yang digunakan dalam bentuk doa
kepada Tuhan dan Dia menjanjikan akan mengabulkannya.
Didin Hafidhuddin menyatakan pengertian dakwah, yakni pesan yang datang
dari luar, sehingga langkah pendekatan lebih diwarnai dengan interventif. Ceramah dalam arti sempit,
sehingga orientasi dakwah sering pada hal-hal yang bersifat rohani saja.
Menyampaikan dan hasil akhirnya terserah kepada Alllah.
Berdasarkan pandangan tersebut, maka pengertian dakwah menurut istilah
adalah menyeru, memanggil, mengajak, menjamu, dengan proses yang
berkesinambungan dan ditangani oleh para pengembang dakwah. Hal ini dikarenakan
Islam adalah dakwah, artinya agama yang
selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah
yang mengajak orang lain menuju kejalan kebaikan, jalan menuju keridhaan Allah
swt.
Dari
uraian pengertian tentang dakwah diatas, kita pahami bahwa dakwah adalah
kegiatan yang wajib kita lakukan bagi orang-orang yang beriman dalam rangka
mengajak orang kejalannya Allah swt, dan mencegah kemungkaran.
Mengapa kita harus berdakwah?. Karena Allah swt memerintahkan kita untuk bersatu dan saling membantu dalam
kebaikan dan keatqwaan. Al-qur’anul Karim menyebutkan,
“Dan hendaklah (ada) diantara kalian umat
yang menyerukan pada kebaiakan, memerintahkan pada kebaikan dan melarang dari
yang mungakar. Dan mereka itulah orang-orang yang menang.” (QS. Ali Imran:
104)
Sekarang kita sadar, bahwa sudah kewajiban bagi setiap diri kita untuk
menyeru akan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Artinya bahwa, kita
sebagai muslim yang beriman dituntut tidak hanya menjadikan Islam yang
rahmatalila’lamin ini hanya untuk diri pribadi saja tanpa mempedulikan orang
lain dan lingkungan disekitar kita. Kita dituntut untuk melihat dan
memperhatikan lingkungan disekitar kita dan peduli dengan orang lain disekitar
kita agar sama-sama mendapatkan dan menikmati hidayah dari Allah swt dan
menjadi orang yang bersama-sama mendapatkan kemenangan.
Dan Allah swt menjelaskan bahwa ada tiga kelompok manusia. Mereka
adalah, kelompok penyeru dakwah yang shalih, kelompok shalihin yang tidak
menyerukan da’wah dan orang-orang yang mengingkari da’wah. Kelompok orang-orang
shalih yang telah berda’wah dan berupaya mewujudkan perbaiakan, mengangkat
alasan kepada rabb meraka. Sementara kelompok orang-orang shalih yang
mengingkari tugas da’wah mengatakan, tidak ada gunannya menda’wahkan
orang-orang sesat dan sudah menyimpang. Maka pada ayat-Nya Allah swt berfirman,
“Maka tatkala mereka melupakan apa
yang diperingatkan kepada mereka, kami selamatkan orang yang melarang dari
perbuatan jahat dan kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang
keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (QS. Al-A’raf: 165)
Dapat
kita ketahui bahwa pentingnya dari kita semua untuk menjadi kelompok yang
diselamatkan oleh Allah swt kelak, yaitu orang – orang yang melarang dari
perbuatan jahat dan mengajak akan kebaikan. Dan semoga kita tidak termasuk
kedalam kelompok orang yang akan dibinasakan oleh Allah swt dengan siksaannya.
Mengapa berada dijalan dakwah?. Alasanya yang
pertama adalah bahwa sesungguhnya
jalan da’wah ini adalah kebutuhan bagi kita sendiri. Rasa kebutuhan tersebut
sebenarnya melebihi sekekedar merasakan bahwa jalan ini merupakan kewajiban
yang harus kita lakukan. Tingkat kebutuhan tersebut diibaratkan sebagai obat
bagi orang yang sedang sakit. Karena bagi orang yang sedang sakit, obat adalah
kebutuhan yang mendasar bagi dirinya. Begitupun lah kita jika dikaitkan dengan
berada dijalan dakwah ini yang merupakan kebutuhan fundamental kita. Karena
dengan kita melangkah dijalan ini merupakan bagian dari rasa syukur kita atas
hidayah Allah swt kepada kita.
Alasanya kedua yaitu, bahwa
keberadaan dijalan dakwah ini akan memberikan kita pahala yang berlipat, sebagaimana
sabda Rasululag saw, “Barangsiapa mengajak kepada petunjuk Allah
swt, maka ia akan mendapat pahala yang sama seperti jumlah pahala orang yang
mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun oleh pahala mereka.” (HR. Muslim)
Ada banyak kita lihat orang-orang mulia, kaum Muslimin para pendahulu
kita yang telah menuai pahala begtu banyak karena menyebabkan kita sekarang
mengenal Islam dan mengantarkan kita kita untuk mengimani agama ini. Dengan
begitu, tentu kita kita juga ingin seperti para pendahulu kita tersebut yang
banyak memperoleh pahala dan keridhaan Allah swt karena peran-peran dakwahnya.
Jadi, karena itulah kita memang sangat membutuhkan jalan ini, jalan dakwah ini
sebagai penyangga kebahagiaan dunia dan akhirat kita kelak.
Bahkan selain pahala dan kemuliaan yang kita peroleh, Rasulullah saw
juga mengatakan kebaikan-kebaikan yang lain yang kita peroleh, yaitu
sebagaimana sabda Rassulullah saw, “
Sesungguhnya Allah swt, para malaikat, semut yang ada didalam lubangnya, bahakn
ikan yang ada di lautan akan berdo’a untuk orang yang mengajarkan kebaikan
kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)
Alasan yang ketiga mengapa
kita harus berada dijalan dakwah, adalah, bahwa da’wah akan menjadi penghalang
turunnya azab Allah swt. Nash Al-quran merupakan peringatan bagi kita, bahwa
meninggalkan peran da’wah tidak pernah diterima apapun alsannya. Bahkan bisa
jadi sikap tersebut mengundang murkannya Allah swt. (Musafir fi qithari ad Da’wag, Dr. Adil Abdullah Al Laili, 195).
Rasulullah
saw dalam sebuah haditsnya juga mengisyaratkan azab Allah swt atas orang-orang
yang meninggalkan da’wah, dan kewajiban amar ma’ruf nahyul mungkar. Azab Allah
swt turun menimpa semua orang yang melakukan dosa, kemaksiatan, termasuk
orang-orang shalih yang tidak menjalankan fungsi da’wah kepada orang-orang yang
berdosa. Inilah yang disabdakan Rasulullah saw tatkala Zainab radhiallahu ‘anha
bertanya kepada beliau, “ Apakah kita
akan dihancurkan oleh Allah swt, sedang diantara kita ada orang-orang shalih?”
Rasulullah saw menjawab, “ Ya, jika keburukan itu sudah dominan,” (Munttafaq’alaih).
Adapun haditsh Rasulullah saw lainnya yaitu. Abu Bakar ra mengatakan, “Sesungguhnya manusia jika mereka melihat
kemungkaran dan mereka tidak merubahnya, dikhwatirkan mereka akan diratakan
oleh Allah swt dengan azab-Nya.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Itulah sekiranya yang menjadi alasan bagi kita tentang mengapa kita
berada di jalan dakwah ini?. Kita berharap agar dengan keberadaannya kita
dijalan ini, merupakan salah satu langkah yang akan menyelamatkan kita dan
manusia dari azabnya Allah swt. Bukan hanya azab berupa musibah atau bencana
alam. Tapi termasuk azab Allah swt adalah keterhinaan, kerendahan hingga
keterjajahan umat Islam di dunia ini. Semoga kita selalu diberi kekuatan dan
petunju dijalan ini.
Wallahua’lam
bis-shawab......
Komentar
Posting Komentar